Sejarah Simamonen chapter VI

Di tengah derasnya arus zaman yang membawa perubahan cepat ke pelosok-pelosok negeri, ada sebuah kampung di Kabupaten Pasaman yang masih teguh menjaga warisan leluhurnya. Kampung itu bernama Simamonen. Di sana, tradisi kuno bernama Manuba masih terus dijalankan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat bukan sekadar acara, tapi tali adat yang mengikat silaturahmi antarwarga hingga hari ini.
Manuba adalah tradisi menangkap ikan bersama yang dilakukan masyarakat Simamonen di sungai. Namun, ini bukan sekadar aktivitas mencari ikan. Manuba merupakan ritual adat yang sarat makna, dilakukan untuk memohon hujan di musim kemarau panjang atau saat air sungai tidak cukup untuk kebutuhan pertanian.
Yang menarik, masyarakat menggunakan Tuba sebagai alat utama. Tuba adalah tanaman beracun alami yang membuat ikan menjadi lemas atau mabuk di air, sehingga mudah ditangkap. Tuba ini ada dua jenis: yang berbentuk umbi (sering disebut tuba urat), dan yang berbentuk pohon besar. Jenis pohon yang paling banyak digunakan di Simamonen adalah Tuba Langkiso—pohon tinggi yang kulit kayunya dipukul halus, lalu direndam di hulu sungai agar getahnya mengalir dan mempengaruhi ikan.
Manuba bukan kegiatan rutin. Ia hanya dilakukan pada momen-momen penting dan genting, seperti:
Dalam kondisi seperti ini, para tetua dan pemimpin kampung akan berkumpul dan bermusyawarah. Jika disepakati, maka diumumkanlah jadwal pelaksanaan Manuba secara terbuka. Tradisi ini bukan milik satu suku atau kaum saja, tapi melibatkan semua warga, dari anak-anak hingga orang tua.
Manuba biasanya dilaksanakan di Sungai Rura Songing, sekitar 8 kilometer dari perkampungan Simamonen. Prosesnya menyatukan seluruh masyarakat dalam semangat gotong-royong:
Tradisi Manuba menyimpan nilai-nilai luhur yang sangat dalam:
Tradisi ini juga menjadi contoh kecerdikan sosial leluhur dalam mengumpulkan masyarakat secara sukarela melalui kegiatan yang menyenangkan. Masyarakat datang bukan karena dipaksa, tapi karena ingin ikut bersukacita sambil tetap menjaga nilai spiritual.
Di tengah dunia yang makin individualistis, Tradisi Manuba di Simamonen menjadi oase kebersamaan. Ia bukan hanya soal menangkap ikan, tapi tentang menghidupkan kembali semangat adat, silaturrahmi, dan doa bersama yang kini mulai langka.
Selama Manuba masih dijalankan, selama itu pula akar budaya Simamonen tetap kuat mencengkeram tanahnya. Tradisi ini adalah bukti bahwa adat tidak selalu kaku ia bisa luwes, menyenangkan, dan tetap bermakna.
🖊️ Ditulis oleh: A. Muhyi
Komentar
Posting Komentar