Sejarah Simamonen chapter VI

Gambar
Peternakan Kerbau di Simamonen Kerbau di simamonen bukan sekedar ternak. Lebih dari itu, ia dalah lambang status, dan juga kekayaan. Di simamonen pernah mengalami perkembangan kerbau yang sangat melimpah. Sehingga diperkirakan kerbau mencapai 700 ekor pada zaman itu.  Awal mula berternak kerbau Praktik berternak kerbau diperkirakan telah dimulai tak lama setelah masyarakat menetap dan membuka lahan sawah secara lebih serius. Di mana masyarakat mulai memikirkan kehidupan yang terjamin dan menetap di suatu titik yang paling aman dan nyaman.  Seiring dengan bentuk kehidupan yang kian tertata, masyarakat mulai melirik ke dalam bidang peternakan. Mereka melihat peluang pada peternakan kerbau, karena di daerah simamonen memiliki lahan yang cukup mendukung untuk peternakan kerbau. satu dua masyarakat simamonen mulai membeli induk kerbau dari luar untuk dikembangkan di simamonen. Bagi sebagian orang yang tidak sanggup membeli kerbau, ia meminjam induk kerbau orang lain untuk ia gembal...

TRADISI MANUBA DI SIMAMONEN

TRADISI MANUBA DI SIMAMONEN 

Tali Adat yang Masih Mengikat. 

Di tengah derasnya arus zaman yang membawa perubahan cepat ke pelosok-pelosok negeri, ada sebuah kampung di Kabupaten Pasaman yang masih teguh menjaga warisan leluhurnya. Kampung itu bernama Simamonen. Di sana, tradisi kuno bernama Manuba masih terus dijalankan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat bukan sekadar acara, tapi tali adat yang mengikat silaturahmi antarwarga hingga hari ini.

🌿 Apa Itu Manuba?

Manuba adalah tradisi menangkap ikan bersama yang dilakukan masyarakat Simamonen di sungai. Namun, ini bukan sekadar aktivitas mencari ikan. Manuba merupakan ritual adat yang sarat makna, dilakukan untuk memohon hujan di musim kemarau panjang atau saat air sungai tidak cukup untuk kebutuhan pertanian.

Yang menarik, masyarakat menggunakan Tuba sebagai alat utama. Tuba adalah tanaman beracun alami yang membuat ikan menjadi lemas atau mabuk di air, sehingga mudah ditangkap. Tuba ini ada dua jenis: yang berbentuk umbi (sering disebut tuba urat), dan yang berbentuk pohon besar. Jenis pohon yang paling banyak digunakan di Simamonen adalah Tuba Langkiso—pohon tinggi yang kulit kayunya dipukul halus, lalu direndam di hulu sungai agar getahnya mengalir dan mempengaruhi ikan.

⛅Kapan dan Mengapa Manuba Dilaksanakan?. 

Manuba bukan kegiatan rutin. Ia hanya dilakukan pada momen-momen penting dan genting, seperti:

  • Saat musim kemarau panjang melanda
  • Saat masyarakat sangat membutuhkan air untuk sawah, namun air tidak mencukupi

Dalam kondisi seperti ini, para tetua dan pemimpin kampung akan berkumpul dan bermusyawarah. Jika disepakati, maka diumumkanlah jadwal pelaksanaan Manuba secara terbuka. Tradisi ini bukan milik satu suku atau kaum saja, tapi melibatkan semua warga, dari anak-anak hingga orang tua.

🌊 Bagaimana Pelaksanaannya?

Manuba biasanya dilaksanakan di Sungai Rura Songing, sekitar 8 kilometer dari perkampungan Simamonen. Prosesnya menyatukan seluruh masyarakat dalam semangat gotong-royong:

  1. Pengambilan dan Penumbukan Tuba
    Para lelaki pergi ke hutan untuk mengambil kulit pohon Tuba. Kulit ini lalu ditumbuk ramai-ramai sampai halus, agar getahnya keluar. Tuba yang sudah ditumbuk ditaburi abu atau arang untuk menambah kekuatan racunnya.

  2. Markobar – Petatah Petitih Adat
    Sebelum tuba dimasukkan ke sungai, pemimpin adat akan bermarkobar, menyampaikan petuah adat, menjelaskan makna Manuba, serta menegaskan bahwa niat utama dari tradisi ini bukanlah Tuba dijadikan sebagai tempat memohon do'a agar hujan turun, tetapi berdoa tetap kepada tuhan bersama-sama meminta pertolongan kepada Allah SWT—agar diturunkan hujan, dimudahkan rezeki, dan dijauhkan dari marabahaya.

  3. Doa Bersama
    Setelah markobar, seluruh warga melakukan doa bersama. Doa inilah inti dari Manuba—tubanya hanya alat, tapi harapan dan ikhtiar spiritualnya adalah tujuan utama.

  4. Menangkap Ikan Bersama
    Setelah doa, tuba dimasukkan ke hulu sungai. Tak lama kemudian, ikan-ikan yang mabuk akan mulai muncul, dan masyarakat pun menangkapnya bersama-sama, dengan sukacita dan kebersamaan.

🤝 Nilai-Nilai dalam Tradisi Manuba

Tradisi Manuba menyimpan nilai-nilai luhur yang sangat dalam:

  • Silaturrahmi: Tradisi ini mempertemukan semua warga, dari segala usia dan latar belakang.
  • Kebersamaan dan gotong royong: Semua tahapan dilakukan secara bersama—tidak ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah.
  • Kebijaksanaan adat: Para pemimpin tidak sekadar mengatur, tetapi juga mendidik warga untuk memahami niat, makna, dan batas dari setiap tindakan.
  • Kesadaran spiritual: Meski bernuansa budaya, Manuba adalah cara untuk kembali kepada Tuhan, mengingat kekuatan doa, dan menyatukan hati dalam harapan yang sama.

Tradisi ini juga menjadi contoh kecerdikan sosial leluhur dalam mengumpulkan masyarakat secara sukarela melalui kegiatan yang menyenangkan. Masyarakat datang bukan karena dipaksa, tapi karena ingin ikut bersukacita sambil tetap menjaga nilai spiritual.

📌 Penutup

Di tengah dunia yang makin individualistis, Tradisi Manuba di Simamonen menjadi oase kebersamaan. Ia bukan hanya soal menangkap ikan, tapi tentang menghidupkan kembali semangat adat, silaturrahmi, dan doa bersama yang kini mulai langka.

Selama Manuba masih dijalankan, selama itu pula akar budaya Simamonen tetap kuat mencengkeram tanahnya. Tradisi ini adalah bukti bahwa adat tidak selalu kaku ia bisa luwes, menyenangkan, dan tetap bermakna.


🖊️ Ditulis oleh: A. Muhyi

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Simamonen Chapter I

LEGENDA SI JIBUN