Sejarah Simamonen chapter VI

Gambar
Peternakan Kerbau di Simamonen Kerbau di simamonen bukan sekedar ternak. Lebih dari itu, ia dalah lambang status, dan juga kekayaan. Di simamonen pernah mengalami perkembangan kerbau yang sangat melimpah. Sehingga diperkirakan kerbau mencapai 700 ekor pada zaman itu.  Awal mula berternak kerbau Praktik berternak kerbau diperkirakan telah dimulai tak lama setelah masyarakat menetap dan membuka lahan sawah secara lebih serius. Di mana masyarakat mulai memikirkan kehidupan yang terjamin dan menetap di suatu titik yang paling aman dan nyaman.  Seiring dengan bentuk kehidupan yang kian tertata, masyarakat mulai melirik ke dalam bidang peternakan. Mereka melihat peluang pada peternakan kerbau, karena di daerah simamonen memiliki lahan yang cukup mendukung untuk peternakan kerbau. satu dua masyarakat simamonen mulai membeli induk kerbau dari luar untuk dikembangkan di simamonen. Bagi sebagian orang yang tidak sanggup membeli kerbau, ia meminjam induk kerbau orang lain untuk ia gembal...

Sejarah Simamonen Chapter I

Asal Usul Kampung Simamonen

Wawancara A. Muhyi Bersama Ompung Abu Nawas – 17 Juli 2024

Asal-usul terbentuknya Kampung Simamonen diperkirakan bermula pada awal abad ke-20, sekitar tahun 1900 Masehi. Kampung ini dipelopori oleh seorang perantau bernama Badul Amin, yang juga dikenal dengan nama Pento Marali. Ia berasal dari wilayah Mandailing Utara, Sumatera Utara, dan melakukan perjalanan merantau ke arah Sumatera Barat.

Setelah menempuh perjalanan panjang, Badul Amin tiba di Ranah Koto Rajo, wilayah yang saat itu berada di bawah kekuasaan seorang Datuk di daerah Rao Utara. Di sinilah ia bertemu dan meminta izin kepada Datuk Koto Rajo untuk menetap. Permintaannya disambut dengan tangan terbuka; Datuk mengizinkannya untuk mengelola sebidang tanah yang berada di bagian timur wilayah kekuasaan Koto Rajo—daerah yang kini dikenal dengan nama Simamonen.

Kedatangan Keluarga dan Awal Mula Pemukiman

Setelah memperoleh izin dan kemurahan hati dari Datuk Koto Rajo, Badul Amin pun kembali membawa keluarganya untuk menetap di wilayah yang telah diberikan. Tak lama kemudian, saudara-saudaranya dan keluarga mereka juga ikut bergabung. Seiring waktu, jumlah penduduk di Simamonen pun mulai bertambah.

Berdasarkan informasi dari Ompung Abu Nawas, salah satu cucu Badul Amin, dapat diperkirakan bahwa anak Badul Amin yang bernama Ibrahim (dikenal dengan sebutan Tuok Lopo) lahir pada tahun 1916 M. Ibrahim merupakan anak ketiga dari Badul Amin yang lahir dari istri kedua. Ia wafat pada tahun 2006.

Dengan asumsi selisih usia antara ayah dan anak sekitar 36 tahun, maka Badul Amin diperkirakan lahir sekitar tahun 1880 M. Diperkirakan Ibrahim telah lahir di sumatra utara sebelum mereka merantau ke Sumatera barat. Ibrahim diperkirakan masih anak-anak berumur belasan tahun. Dari sini, dapat ditarik benang merah bahwa awal mula terbentuknya Kampung Simamonen kemungkinan besar terjadi sekitar tahun 1920-an, bermula dari kedatangan dan pemukiman Badul Amin di wilayah tersebut. 

Lokasi Awal Kampung

Titik awal pemukiman pertama berada di daerah yang kini dikenal sebagai Bondar Dalom, tepatnya di Tanah Jamzah. Namun, seiring waktu, lokasi kampung berpindah ke arah hulu sejauh sekitar 1 km, yang merupakan lokasi Simamonen saat ini.

Menurut penuturan Ompung Abu Nawas, saat ia masih kecil, ia telah lahir di lokasi yang sekarang menjadi kampung Simamonen. Pada masa itu, rumah penduduk masih sangat sedikit. Di bagian bawah kampung hanya terdapat beberapa rumah, seperti milik Pak Kholid, Asmul, Pak Icak, dan Maradong. Sementara di bagian atas terdapat rumah Pak Rois, Arijal, Misbah, Idris, Ahyar, Japoso, dan Jaswir.

Karena rumah masih jarang dan jaraknya cukup lapang, di antara rumah-rumah itu ditanami banyak pohon kelapa, menciptakan suasana kampung yang asri dan teduh.


Penulis: A. Muhyi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRADISI MANUBA DI SIMAMONEN

LEGENDA SI JIBUN