Sejarah Simamonen chapter VI

Gambar
Peternakan Kerbau di Simamonen Kerbau di simamonen bukan sekedar ternak. Lebih dari itu, ia dalah lambang status, dan juga kekayaan. Di simamonen pernah mengalami perkembangan kerbau yang sangat melimpah. Sehingga diperkirakan kerbau mencapai 700 ekor pada zaman itu.  Awal mula berternak kerbau Praktik berternak kerbau diperkirakan telah dimulai tak lama setelah masyarakat menetap dan membuka lahan sawah secara lebih serius. Di mana masyarakat mulai memikirkan kehidupan yang terjamin dan menetap di suatu titik yang paling aman dan nyaman.  Seiring dengan bentuk kehidupan yang kian tertata, masyarakat mulai melirik ke dalam bidang peternakan. Mereka melihat peluang pada peternakan kerbau, karena di daerah simamonen memiliki lahan yang cukup mendukung untuk peternakan kerbau. satu dua masyarakat simamonen mulai membeli induk kerbau dari luar untuk dikembangkan di simamonen. Bagi sebagian orang yang tidak sanggup membeli kerbau, ia meminjam induk kerbau orang lain untuk ia gembal...

Rumah Kayu Simamonen: Arsitektur Kearifan Lokal yang Kian Menghilang

Rumah Kayu Simamonen: Gaya Arsitektur Leluhur yang Kian Menghilang

Rumah Kayu Simamonen: Arsitektur Kearifan Lokal yang Kian Menghilang

Beberapa tahun lagi rumah dengan gaya arsitektur yang khas yang berada di desa Simamonen mungkin akan secepatnya hilang dan hanya tinggal potret atau ingatan yang samar. Gaya rumah kayu panggung dulu begitu akrab di Simamonen. Belakangan ini sudah bergeser ke gaya arsitektur modern. Rumah panggung dengan gaya arsitektur yang memiliki khas tersendiri ini kini berubah menjadi bangunan yang menggunakan bahan beton. Jumlah rumah dengan gaya arsitektur tradisional ini tidak banyak lagi yang masih berdiri di simamonen dan hanya tersisa 13 rumah lagi.

Tidak banyak yang menyadari bahwa rumah kayu peninggalan leluhur ini sedang berada di ujung usia. Lima atau sepuluh tahun ke depan, jejak arsitektur ini mungkin benar benar lenyap dari kampung Simamonen. Gaya arsitektur yang dibangun dengan kearifan lokal dan memiliki beberapa keunikan dan alasan tertentu mungkin akan tinggal dokumentasi atau hanya tinggal cerita.

Rumah ini bukan hanya sekedar bangunan yang hanya dipandang sebagai tempat tinggal biasa bagi masyarakat. Namun rumah ini dibangun dengan berbagai perhitungan oleh masyarakat terdahulu. Baik dari segi keindahan maupun dari segi ketahanan bangunan semua diperhitungkan oleh para pendahulu masyarakat Simamonen.

Rumah panggung ini memiliki ciri yang terbuat dari kayu lokal, berdiri di atas tiang panggung pendek dan beratap seng. Jendela-jendelanya sederhana tanpa kaca, namun cukup untuk memberikan cahaya dan angin untuk sirkulasi udara. Dalam pembuatan rumah ini bisa dikatakan cukup rumit. Dimulai dari pembuatan struktur tiang dan penopang dinding yang cukup rumit untuk dibuat. Biasanya dalam mendirikan struktur atau kerangka rumah akan didirikan secara gotong royong oleh masyarakat Simamonen. Kemudian di bagian dinding, papan-papan akan dibuat saling mengikat rapat antara papan satu dengan papan lainnya. Dibuat seperti puzzle yang mengikat antar satu sama lain. Sisi papan bagian atas dibuat lidah (permukaan menonjol kecil) dan sisi papan bagian bawah dibuat mulut (permukaan dicongkel membentuk cekungan). Apabila semua papan telah dibuat mulut dan lidah maka sisi papan yang pertama (lidah) akan di tekan ke sisi papan (mulut) lainnya. Sehingga kedua papan akan mengikat satu sama lain dan tampak kelihatan padat dan rapi. Teknik ini digunakan untuk membentengi masuknya air dan angin dari celah celah papan.

Papan atau semua kayu yang digunakan biasanya dipilih berdasarkan kebutuhan sesuai tempat pada bangunan. Misalnya kayu Meranti lebih sering digunakan sebagai kerangka bagian dalam rumah. Kayu Modang bagian atap rumah, dan kayu Meranti juga kerap digunakan sebagai dinding. Alasan pemilihan kayu ini disesuaikan dengan fungsi masing masing. Misalanya pada bagian kerangka diperlukan kayu yang cukup kokoh untuk menopang beban rumah maka dipilih kayu yang cukup keras dan tahan lama. Pada bagian atap dipilih kayu yang cukup tahan terhadap rayap. Pada bagian dinding dipilih kayu yang cukup tahan terhadap kpelapukan. Tentunya yang paling utama dari semua kayu yang digunakan adalah kayu yang berumur tua. Kayu yang telah tua biasanya akan lebih tahan lama dari lapuk dan serangan rayap.

Uniknya pembuatan kayu di Simamonen untuk keperluan rumah dikerjakan tanpa menggunakan bantuan mesin semuanya menggunakan alat manual mulai dari pengambilan kayu di hutan sampai membangun sebuah rumah. Kayu dihutan ditebang dengan menggunakan kapak kemudian digergaji manual menggunakan tangan. Gergaji yang digunakan berukuran panjang 1 sampai 2 meter dan lebarnya sekitar 15 cm. teknik penggunaan ini cukup sulit karna harus dijalankan oleh dua orang sekaligus. Satu orang di bagian bawah satu orang di bagian atas dan mereka gantian saling tarik menarik. Setelah kayu didapatkan biasanya kayu direndam terlebih dahulu apabila belum segera digunakan. Tidak jelas apa tujuan perendaman ini.

Papan-papan yang akan digunakan akan diketam dengan ketam manual untuk mendapatkan permukaan yang yang sangat halus. Setelah semua siap dan tersedia maka proses pembuatan rumah panggung ini akan dijalankan. Pembuatan rumah panggung ini biasanya sesuai dengan selera yang punya rumah. Dan yang paling khas dari rumah panggung simamonen adalah atap nya yang menjulang tinggi. Atap tinggi ini tentunya memiliki alasan tersendiri. Dan di balik atap yang menjulang tingi itu ternyata memiliki fungsi agar air hujan cepat jatuh atau tergelincir dari permukaan seng. Dan manfaatnya atap seng rumah semakin tahan lama karena air tidak mengendap lebih lama pada atap yang dapat menyebabkan karat. Dan ini juga telah terbukti sampai sekarang, atap-atap rumah itu cukup jarang mengalami kebocoran. Beda dengan atap rumah yang baru dibangun dengan menggunakan atap yang cukup datar, tidak selang waktu lama atap kelihatan sangat cepat berkarat.

Ternyata bukan cuma atapnya yang menjadi ciri khas, kerapian dari penyusunan semua struktur bangunan cukup mengagumkan. Karena dengan alat seadanya mereka bisa membuat rumah dengan bagus rapi dan nyaman. Tentunya waktu yang dibutuhkan tidak sedikit dalam proses pembuatan. Selain itu pada bagian ventilasi jendela dan pintu sering juga dihiasi dengan motif motif sederhana. Selain sebagai keestetikaan juga sebagai sirkulasi udara. Dan tak kalah penting alasan rumah panggung ini dibuat salah satunya untuk menghindari dari binatang binatang yang dapat membahayakan mereka seperti lipan dan ular. 

Gaya arsitektur rumah kayu tradisional Simamonen mencerminkan banyak hal: keterampilan leluhur, keindahan namun mempertimbangkan ketahanan, bahkan membangun sesuai iklim. Misalnya rumah panggung yang bisa menghindari dari berbagai bahaya hewan yang menjalar. Hingga lahir filosofi hidup selaras dengan alam.

Namun hari ini arsitektur itu perlahan mulai menghilang dari simamonen. Banyak warga sudah tidak terlalu tertarik terhadap gaya rumah panggung bahan kayu ini. Di sinilah kekhawatiran , bahwa kita bukan hanya kehilangan rumah tetapi banyak pelajaran bahkan ilmu yang didapatkan di balik rumah panggung Simamonen. Kini beberapa rumah tua masih bertahan tapi kebanyak hanya dibiarkan melapuk dan perlahan roboh sedikit demi sedikit. Rumah rumah itu mungkin akan hilang tanpa jejak, generasi muda tidak akan lagi tahu bentuk rumah nenek moyangnya.

Mungkin sudah waktunya kita memotret, mencatat, dan merawat rumah-rumah kayu yang masih tersisa di simamonen. Sebab suatu hari nanti, apabila anak kita bertanya seperti apa peradaban nenek moyangnya kita masih bisa memberikan sedikit kehangatan, berbagi cerita dalam mengisi penasaran yang ada di benak mereka.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRADISI MANUBA DI SIMAMONEN

Sejarah Simamonen Chapter I

LEGENDA SI JIBUN